Perempuan dalam Penyusunan Teks Khutbah
Perempuan ternyata memiliki perhatian terhadap ritual jumatan yang menjadi domain kaum laki-laki. Hal ini tampak dari antusias perempuan mengikuti kegiatan “Lomba Menulis Khutbah Jumat Persaudaraan Manusia” yang diadakan Majelis Hukama Muslimin (MHM) bekerjasama dengan Ditjen Bimas Islam Kemenag RI.
Pendaftaran perlombaan bersifat terbuka untuk umum dimulai 18 - 28 Januari 2024. Walaupun hanya dibuka 10 hari akan tetapi perlombaan dengan iming-iming hadiah total 30,5 juta rupiah ini telah dibanjiri pendaftar. Ada 851 peserta yang mengirimkan naskah khutbah jumat bertemakan Persaudaraan Muslim dari seluruh wilayah Indonesia.
Naskah yang dikirimkan oleh peserta mengangkat berbagai macam isu, mulai dari isu agama, sosial, dan politik yang dikembangkan dari tema besar lomba yaitu Persaudaraan Muslim. Dari pihak panitia juga dibuatkan persyaratan bahwa naskah tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan norma hukum dan kesusilaan serta tidak menyinggung SARA (suku, agama, dan ras).
Dari sekian banyak peserta rupanya tidak hanya kaum laki-laki saja yang mengikuti lomba menulis khutbah Jumat tetapi juga kaum perempuan. Ada sekitar 90-an naskah khutbah yang dikirimkan peserta dari kelompok perempuan. Mereka adakalanya sebagai ustadzah, penyuluh agama, mahasiswa, dan ibu rumah tangga.
Keikutsertaan perempuan dalam lomba penyusunan naskah khutbah Jumat patut menjadi catatan tersendiri. Utamanya: Pertama, dengan ikut menulis naskah khutbah maka perempuan juga ingin menyuarakan isu keagamaan yang disampaikan khatib di atas mimbar, yang diyakni menjadi hak mutlak kaum laki-laki. Kedua, perempuan juga ingin berkontribusi menitipkan misi perdamaian dan persaudaraan melalui teks khutbah yang disampaikan lewat mimbar-mimbar masjid. Ketiga, perempuan juga bisa mampu menyusun naskah khutbah dengan bahasa populer, tidak formal dan kaku, sehingga dapat dipahami setiap orang dari berbagai lapisan masyarakat.
Keterwakilan perempuan dalam lomba penyusunan naskah khutbah Jumat patut diapresiasi. Apalagi yang mereka tulis adalah naskah khutbah bertemakan Persaudaraan Muslim. Hal ini dikarenakan perempuan menjadi kelompok yang rentan tatkala terjadi perselisihan dan konflik, baik skala internal maupun eksternal umat Islam. Dalam beberapa kasus konflik agama di Indonesia, perempuan dan anak sering menjadi korban pertama konflik agama akibat masyarakat tersulut emosi setelah mendengar seruan agama dari mimbar-mimbar.
Dari beberapa sample naskah khutbah yang dikirimkan peserta perempuan, ada yang penting digarisbawahi bahwa khutbah Jumat harus disampaikan dengan bahasa yang santun, tutur kata yang teratur, dan mengindahkan rukun khutbah yang utama, yaitu mengajak umat Islam supaya meningkatkan kualitas ketaqwaan-nya kepada Allah Swt.
Tak ada salahnya ke depan dikelompokkan tersendiri perlombaan menulis naskah khutbah Jumat khusus peserta perempuan. Hal ini supaya konten materi khutbah lebih humanis dan mencerminkan kebutuhan hidup ummat secara menyeluruh, baik lelaki maupun perempuan. Toh, perempuan walau tak hadir dalam ritual jumatan akan tetapi mereka menyimak materi khutbah di rumah mereka masing-masing.
M.Ishom el-Saha (Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten)