Dakwah Rasulullah dan Evolusi Kebudayaan Manusia
Jika kita mau jujur terhadap sejarah perkembangan umat manusia, kita tidak dapat mengabaikan faktor kehadiran Muhammad saw dalam evolusi kebudayaan. Betapa kehadiran makhluk mulia ini telah mengubah wajah peradaban umat manusia hingga sekarang.
Paradigma mitos di dunia pra modern telah mengekang kreativitas manusia. Menurut para antropolog, perkembangan peradaban awal manusia dipenuhi dengan dimensi mitos. Hal ini ditengarai oleh relasi manusia dengan alam yang sangat dekat hingga manusia masuk, bahkan melebur dalam realitas alam. Begitu dekatnya manusia sehingga di titik tertentu mereka kehilangan dirinya, terlebih kreativitasnya.
Sebelum Muhammad saw hadir ke dunia, peradaban manusia secara ontologis dijajah oleh ide-ide panteisme dan otoritarianisme. Panteisme adalah suatu ide atau kepercayaan manusia yang terlalu mendewakan kekuatan alam. Sehingga, manusia seolah kehilangan kekuatan dirinya atas alam. Sedangkan otoritarianisme adalah paham yang terlalu mengagungkan kepemimpinan manusia untuk mengatur segalanya tentang masyarakat sampai rakyat menjadi budak bagi penguasa.
Orang zaman dulu (bahkan tersisa sampai sekarang) sering merasa takut untuk melakukan inovasi karena khawatir akan diganggu “danyang”, “penunggu”, kekuatan dalam benda-benda tertentu dan lain sebagainya. Bahkan ada yang sampai bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan tersebut untuk kepentingan ekonomi, karisma sosial sampai politik.
Belum lagi mitologi pengagungan pada raja dan penguasa (seperti yang dilakukan Firaun di Mesir, Xerxes di Persia dan lain sebagainya) membuat manusia terjajah serta tidak merdeka. Mereka malah menuhankan manusia yang seharusnya diletakkan secara setara. Peradaban semacam ini hanya akan merusak alam dan kemanusiaan.
Kedua hal ini sama-sama tidak sehat dan tidak baik jika dijalankan dalam roda kemanusiaan. Karena keduanya mengekang kemanusiaan dan kreativitas. Orang akan kehilangan kreativitasnya karena tidak percaya diri untuk melakukan eksplorasi inovasi alam semesta. Hasilnya adalah rasa minder, rasa takut pada kekuatan-kekuatan alam sehingga manusia menjadi penakut.
Namun dalam waktu tidak lebih dari 200 Tahun, ketika dakwah Nabi Muhammad saw menggema di muka bumi, Islam mampu membebaskan manusia dari ketergantungannya pada alam dan superioritas manusia. Islam hadir untuk menghancurkan ketakutan manusia pada penguasaan manusia (otoritarianisme), maupun pada ketakutan alam semesta (paganisme/panteisme).
Hal ini membuat manusia perlahan merdeka secara mental dan spiritual. Semua orang diberi kesamaan hak untuk berkembang. Bahkan Rasulullah saw adalah orang yang secara bertahap menghapus perbudakan. Wanita diberi tempat sesuai kodratnya yang pada zaman sebelum Muhammad saw wanita dipandang rendah. Ilmu pengetahuan semakin berkembang dan dijunjung tinggi.
Ilmu pengetahuan semakin berkembang dengan pesat ketika dakwah Nabi berekspansi. Hal ini terjadi secara nyata dan berdampak luas hingga hari ini pada satu cabang ilmu bernama matematika. Matematika pada awal peradaban manusia digunakan untuk kepentingan paganistik, yakni mengukur ketepatan waktu upacara mistik serta mempelajari benda angkasa yang dipersonifikasi sebagai dewa-dewi.
Sumeria, Mesir, Yunani, India, maupun Persia, di masa lalu, melekatkan matematika dengan mitos dewa-dewi. Mereka menggunakan pola matematis untuk menyederhanakan fenomena alam. Pesan-pesan kompleks alam semesta diterjemahkan menjadi simbol-simbol mitos yang akhirnya dianut oleh masyarakat awam. Namun hal ini malah terdistorsi sehingga membuat matematika kalah dibanding dengan Mitologi Dewa dan Dewi.
Distorsi semacam ini dihilangkan ketika matematika mulai digunakan secara rasional pada saat bertemu dengan Islam. Ketika bangsa Arab-Islam melakukan ekspansi dan bertemu dengan peradaban-peradaban kuno, matematika disempurnakan serta dipisahkan dari mitos yang membelenggu. Bangsa Arab menjadikan matematika lepas dari kungkungan ini. Mereka mulai menyempurnakan trigonometri, mengamati pergerakan alam semesta secara matematis, menguatkan logika dan konsistensi berfikir. Serta yang paling revolusioner adalah menemukan kembali pemaknaan tentang ketiadaan realitas dengan angka nol. Ilmu pengetahuan pun berkembang dengan model metafisika, epistemologi dan aksiologi yang bernafaskan ajaran dakwah Nabi Muhammad SAW.
Penemuan angka nol oleh Al Khawarizmi terinspirasi dari Tauhid. Dia juga berhasil melakukan rasionalisasi konsep angka-angka dari kitab-kitab Sansekerta dan Persia yang sudah diterjemahkan ke bahasa Arab oleh para pendahulunya sekitar awal abad ke-8. Al Khawarizmi juga menyempurnakan konsep perhitungan aritmatika yang semesta hitungnya masih terbatas, menuju konsep aljabar yang semesta hitungnya tidak terbatas.
Penemuan Al Khawarizmi yang paling revolusioner adalah tentang konsepsi algoritma. Algoritma oleh Alan Turing dikembangkan menjadi sistem komputasi modern yang saat ini sangat berpengaruh pada peradaban manusia.
Jika melihat ration d'etre natural science ini, tanpa kita sadari, dakwah Nabi Muhammad saw ternyata mampu mengubah kehidupan umat manusia. Al Qur'an yang dititipkan melalui Muhammad saw mengajarkan kepada kita kemerdekaan dalam bertindak yang terilhami wahyu. Kecerdasan, ketangkasan, naluri dan kekuatan manusia yang terbatas akan dilesatkan menuju pada titik kesempurnaan peradaban jika dipertemukan dan diintegrasikan dengan wahyu. Untuk mencapai kehidupan yang bahagia, manusia membutuhkan wahyu agar kehidupannya semakin utuh.
Tidak bisa terbayangkan jika Nabi Muhammad SAW tidak pernah menyampaikan risalah dakwahnya. Akan sangat gelap kehidupan di dunia ini. Tentunya manusia masih terbelenggu oleh mitos alam dan penguasa. Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad
Hendrik Kurniawan Wibowo, Juara 3 Lomba Menulis "Spirit Cinta Kasih, Persaudaraan, dan Kemanusiaan dalam Dakwah Nabi Muhammad saw" tahun 2021 yang diselenggarakan Muslim Elders Indonesia