Talkshow MHM, Influencer Indonesia Habib Ja'far Berbagi Pentingnya Keterbukaan dalam Dakwah Wasthiyah
Majelis Hukama Muslimin (MHM) menggelar talkshow di panggung utama pada hari terakhir Islamic Book Fair (IBF) 2024, Senayan - Jakarta, Minggu (18/8/2024). Talkshow ini mengangkat tema "Strategi Pengarusutamaan Wasathiyah dan Moderasi Beragama di Media".
Hadir sebagai narasumber, salah satu dai, pegiat media sosial yang juga influencer Indonesia, Habib Husein Ja'far. Sebagai moderator, wartawan senior Republika Naseh Nasrullah. Talkshow ini dihadiri ratusan pengunjung yang memadati area panggung utama IBF 2024. Sebagian besar dari mereka adalah kalangan millenial dan Gen Z.
Di hadapan fans dan pengunjungnya, Habib Husein Ja'far mengapresiasi beragam program dan inisiatif MHM. Habib Husein Ja'far bahkan mengatakan bahwa MHM sudah menjadi bagian dari dakwahnya dalam ikut menyebarkan wasathiyah, toleransi antar umat beragama, serta penguatan literasi keagamaan.
Habib Husein Ja'far juga mengapresiasi keterlibatan MHM di setiap even IBF. Menurutnya, itu menjadi bagian dari komitmen MHM selalu hadir untuk mendorong umat Islam agar sadar literasi.
"Penting mendorong literasi keagamaan agar orang Islam membaca dan tahu. Makin banyak tahu, moderasi dan toleransikita makin tinggi dan santai dalam menyikapi perbedaan antar umat," sebut Habib Husein Ja'far.
"Kita santai dalam beragama, bukan berarti tidak berpegang agama secara teguh. Santai justru muncul karena teguh berpegang agama. Kita tahu tentang Islam sehingga menjadi moderat," sambungnya.
Habib Husein Ja'far lalu berbagi tips tentang dakwah moderatnya di media sosial. Salah satu kunci utamanya adalah keterbukaan. Menurutnya, keterbukaan dalam Islam adalah nilai pondasi.
"Keterbukaan menjadi gen dan DNA utama dari Moderasi Beragama. Saya benar, tapi mungkin salah, dan teman saya salah tapi mungkin benar," ujarnya.
Semakin pikiran orang terbuka, kata Habib Husein Jafar, maka semakin dia dekat dengan Islam. Orang tertutup, cenderung suka mengkafirkan, dan itu tidak sejalan dengan esensi Islam. "Nabi Muhammad terbuka pada siapa pun. Salah satu DNA Islam adalah terbuka," pesannya.
"Orang Islam tidak takut pada keterbukaan. Sebab makin terbuka akan makin dekat dengan Islam," sambungnya.
Habib Husein Ja'far dikenal dengan persahabatannya bersama sejumlah tokoh agama. Dia dekat dengan para influencer dan tokoh agama Katolik, Buddha, dan agama lainnya.
"Majelis Hukama Muslimin juga berangkat dari keterbukaan. Hal itu antara lain dicontohkan dengan persahabatan Grand Syekh dengan Paus Fransiskus. Kedua tokoh ini bahkan menandatangani Piagam Persaudaraan Manusia," sebutnya.
Terakhir, Habib Husein menegaskan bahwa moderasi menjadi bagian misi dakwah, mengajak orang ke tengah, agar bisa saling ngobrol, saling kenal, lali saling menebar kasih dan berkolaborasi dalam kebaikan. Ada dua tantangan moderasi, yaitu: kebodohan dan egoisme.
Karena kebodohan atau ketidaktahuan, umat menjadi tertutup. Umat tidak memahami ajaran agamanya. Bahkan, umat tidak tahu bahwa Islam itu moderat.
Masalah kedua adalah egoisme. Umat merasa kalau benar, mereka bisa menginjak orang lain yang salah dengan kesalahannya. "Kemerdekaan terhadap ego dalam diri yang sering tidak kita dapatkan. Sehingga, kita ingin nenyudutkan orang lain. Untuk itu, ego dan lebodohan harua dihilangkan," tandasnya.