Paviliun MHM di Pameran Buku Internasional Baghdad Rayakan Maulid Nabi

Perayaan Maulid Nabi pada Paviliun MHM di Pameran Buku Internasional Baghdad Perayaan Maulid Nabi pada Paviliun MHM di Pameran Buku Internasional Baghdad

Dalam rangka merayakan Maulid Nabi Muhammad saw, paviliun Majelis Hukama Muslimin (MHM)  di Pameran Buku Internasional Baghdad, Senin (16/9/2024), menyelenggarakan seminar berjudul "Pada Peringatan Kelahirannya: Bagaimana Kita Melestarikan Nabi dalam Persatuan Bangsanya?" Seminar ini menghadirkan narasumber, Syekh Hamed Abdulaziz Al-Sheikh Hamad (Presiden Asosiasi Liga Cendekiawan di Irak) dan Dr. Mohamed Jamal (Peneliti di Kantor Kebangkitan Warisan Budaya di Al-Azhar). Diskusi membahas banyak aspek penting dari kehidupan Nabi saw dan menekankan pentingnya mengikuti teladan dan Sunnah beliau untuk menyatukan negara Islam di tengah tantangan kontemporer.

Syeikh Hamed Abdulaziz Al-Sheikh Hamad menekankan keagungan pesan yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, sebuah pesan yang ditujukan untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk kelompok atau orang tertentu. Ia juga menyoroti bahwa umat Islam saat ini menghadapi tantangan kontemporer yang signifikan, yang mengharuskan mereka untuk kembali kepada ajaran Nabi dan mengikuti teladannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyampaikan salam dari Baghdad, atas nama dirinya sendiri dan para ulama Irak, kepada Grand Syekh Al-Azhar, Imam Akbar Ahmed Al-Tayeb, sebagai pengakuan atas seruannya untuk memperkuat dialog intra-Islam—sebuah inisiatif yang sangat penting saat ini.

Ia lebih lanjut mencatat bahwa menyatukan negara Islam membutuhkan wawasan yang mendalam dan kebijaksanaan yang agung. Ia menekankan peran penting yang dapat dimainkan oleh Majelis Hukama Muslimin dalam mengarahkan upaya untuk mencapai persatuan ini. Di bawah kepemimpinan Imam Akbar Dr. Ahmed Al-Tayeb, MHM dapat berfungsi sebagai platform utama untuk mempromosikan nilai-nilai yang dibawa oleh Nabi (saw) dan menumbuhkan budaya dialog dan pemahaman di antara berbagai sekte Islam.

Dr. Mohamed Jamal merenungkan pentingnya perayaan Maulid Nabi saw, dengan mengatakan bahwa kesempatan yang diberkahi ini menyalakan kembali perasaan cinta dan keterikatan kepada Nabi saw di tengah masa yang penuh dengan ketidakpastian. Ia mencatat bahwa para ulama telah mendokumentasikan secara ekstensif setiap aspek kehidupan Nabi. Bahkan, ulama terkenal Dr. Salahuddin Al-Munjid telah menyusun ensiklopedia khusus yang mengatalogkan sekitar 2.400 buku yang ditulis tentang Nabi saw.

Dr. Jamal juga menyoroti aspek-aspek penting dari karakter Nabi saw, dengan menekankan bahwa Al-Azhar berada di garda terdepan lembaga keagamaan dan akademis di dunia Islam dalam memperingati Maulid Nabi. Hal ini dilakukan dengan mempelajari kehidupan, sifat-sifat, dan tanda-tanda kenabiannya serta menyebarkan dan mengajarkan tradisi-tradisi beliau di kalangan para pelajar. Ia mengakhiri sambutannya dengan mengutip pernyataan Imam Akbar Dr. Ahmed Al-Tayeb, “Bagian akhir bangsa ini hanya dapat direformasi oleh apa yang telah mereformasi bagian sebelumnya. Hal pertama yang menyatukan bangsa ini adalah pembentukan persatuannya berdasarkan persaudaraan agama, sebagaimana didokumentasikan dalam Konstitusi Madinah.”

Seminar ditutup dengan menekankan bahwa rasa saling percaya dan hormat di antara umat Islam merupakan prasyarat penting untuk memulihkan persatuan dalam komunitas Islam, dengan demikian melestarikan warisan Nabi Muhammad saw melalui persatuan bangsanya.

MHM berpartisipasi untuk pertama kalinya di Pameran Buku Internasional Baghdad. Ini sejalan dengan misinya untuk mempromosikan perdamaian, mendorong dialog dan toleransi, serta membangun jembatan koeksistensi di antara orang-orang dari berbagai ras dan keyakinan. Paviliun, MHM yang terletak di Aula Baghdad (Paviliun H2), memamerkan lebih dari 220 publikasi dalam lima bahasa, termasuk 24 terbitan baru yang membahas topik-topik intelektual dan budaya yang signifikan. Selain itu, paviliun tersebut menyelenggarakan serangkaian seminar dan ceramah yang menampilkan para pemikir, cendekiawan, dan akademisi terkemuka untuk membahas cara-cara meningkatkan dialog dan pemahaman di antara sekte-sekte Islam dan membangun jembatan komunikasi, yang bertujuan untuk kerja sama dan persatuan yang lebih besar di antara berbagai komponen negara Islam.

Sebar Artikel Ini

Artikel Terkait