Kemenag: Visi Moderat Majelis Hukama Sejalan Karakter Pendidikan Madrasah

Talk Show tentang ‘Pendidikan Moral: Integrasi Nilai Koeksistensi dan Perdamaian dalam Pendidikan Keagamaan’. di Stan MHM pada IBF 2024 Talk Show tentang ‘Pendidikan Moral: Integrasi Nilai Koeksistensi dan Perdamaian dalam Pendidikan Keagamaan’. di Stan MHM pada IBF 2024

Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama Dr. Thobib Al Asyhar mengapresiasi visi Majelis Hukama Muslimin (MHM) dalam mengarusutamakan wasathiyatul Islam, toleransi, kerukunan, dan koeksistensi. Hal ini disampaikan Thobib Al Asyhar saat menjadi pembicara pada Talk Show tentang ‘Pendidikan Moral: Integrasi Nilai Koeksistensi dan Perdamaian dalam Pendidikan Keagamaan’.

Talk Show berlangsung di Stan Pameran MHM pada Islamic Book Fair. Para pengunjung yang memadati ruangan, termasuk pengunjung yang datang dari Singapura. Selaku moderator, Muhammad Arifin, MA.

“Siswa madrasah kita kenalkan dan biasakan dengan perbedaan. Tujuannya agar melahirkan siswa madrasah yang moderat. Ini sejalan dengan visi dan misi Majelis Hukama Muslimin di bawah kepemimpinan Grand Syekh Al Azhar,” terang Thobib Al Asyhar di Jakarta, Kamis (15/8/2024).

“Kita punya kepentingan yang sama dengan MHM dalam mengembangkan wasathiyatul Islam, dan pola itu kita kembangkan di madrasah. Visi Moderat Majelis Hukama sejalan karakter pendidikan madrasah,” sambungnya.

Selain pembiasaan terhadap perbedaan, lanjut Thobib Al Asyhar, penguatan pemahaman dan sikap moderat di madrasah dilakukan melalui pembenahan kurikulum. Kemenag melakukan proses penyempurnaan kurikulum untuk memastikan tidak ada muatan intoleransi dan ekstremisme dalam pembelajaran. 

“Kita sempurnakan kurikulum tanpa menghilangkan substansi ajaran agama. Sehingga, madrasah menjadi lembaga pendidikan yang banyak menarik minat masyarakat Indonesia,” paparnya.

Aspek lainnya, adalah membangun budaya toleransi. Madrasah membuka diri bagi guru mata pelajaran umum, misalnya matematika, biologi, bahasa Inggris, atau lainnya, yang non Muslim untuk mengajar di madrasah. Ini terjadi di beberapa wilayah. Mereka tidak mengajar bidang keagamaan. 

“Ini menunjukkan madrasah sudah menerima aspek keberbedaan sekaligus membangun budaya toleransi,” sebut Thobib.

“Di beberapa provinsi yang muslim minoritas, ada siswa non muslim yang justru belajar di madrasah. Misal Bali dan NTT. Mereka tidak dipaksa ikut pendidikan agama Islam,” sambungnya.

Thobib menambahkan, karakter moderat pendidikan madrasah di Indonesia juga tidak terlepas dari awal tumbuhkembangnya lembaga pendidikan Islam yang satu ini. Menurutnya, madrasah lahir dari masjid dan pondok pesantren. “DNA madrasah sudah wasathiyah karena berangkat dari Pesantren dan Masjid yang umumnya moderat,” tegasnya.

Karakter pendidikan madrasah yang moderat ini bahkan menarik minat Bangsa Moro Filipina. Pemerintah Filipina memilih kerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam mendirikan madrasah karena watak moderatnya.

“Kemenag telah menjalin kerja sama dengan Filipina untuk mendirikan madrasah yang sekarang kita kelola dan polanya akan disamakan dengan madrasah di Indonesia. Jadi Indonesia dinilai sebagai protoype yang bagus dan relevan dengan pengembangan umat Islam masa kini,” ucapnya.

“Apa yang dilakukan madrasah punya korelasi dengan visi MHM dalam mainstreaming kehidupan Islam rahmatan lil alamin, kerukunan dan harmoni bangsa. Alumni madrasah di Indonesia banyak yang kuliah di Al Azhar,” tandasnya. 

Thobib Al Azhar juga menjelaskan empat indikator peningkatan moderasi beragama, yaitu: komitmen kebangsaan, toleran, anti kekerasan, dan ramah terhadap tradisi. Terkait batasan dari sikap ekstrem, Thobib Al Asyhar menjelaskan tiga indikator, yaitu: melanggar nilai kemanusian, melanggar kesepakatan bersama, dan melanggar hukum positif. “Jika orang melakukan tindakan yang melanggar nilai kemanusiaan, kesepakatan bersama, dan hukum positif, berarti dia telah melakukan tindakan ekstrem,” tutupnya.

Islamic Book Fair di Jakarta berlangsung selama lima hari, 14 – 18 Agustus 2024, dengan tema “Membangun Optimisme Umat melalui Literasi Islami”. Stan MHM akan menampilkan ratusan publikasi dalam berbagai bahasa yang membahas kajian keilmuan dan budaya. Melalui buku terbitannya, MHM terus berupaya menyebarkan pemikiran keislaman yang moderat dan mencerahkan. MHM juga akan menggelar sejumlah seminar dengan menhadirkan sejumlah pembicara ternama.

Sebar Artikel Ini

Artikel Terkait