Hadis Musalsal Bil Awwaliyah dan Cara Ulama Tebarkan Rahmah

Ada banyak cara yang dilakukan para ulama terdahulu dalam menebarkan dan menanamkan rasa kasih sayang. Salah satunya melalui Hadis Musalsal bil-Awwaliyah tentang Rahmah.
Hadis Musalsal adalah hadis yang disampaikan para perawi secara berurutan dan sama dalam sifat dan keadaan tertentu, baik terkadang terdapat pada periwayatnya maupun dalam riwayat haditsnya sendiri. Hadis musalsal bil awwaliyah adalah hadis yang selalu disisipkan oleh para ahli hadits sebelum mulai mengajar atau belajar hadis. Hal itu ditradisikan hingga para murid-murid di bawahnya. Sang guru biasanya berkata, “Saya telah mendengar dari fulan dan itu adalah hadis yang pertama kali didengar dari-nya (begitu seterusnya hingga sanad terakhir, baru kemudian menyebutkan hadisnya).” Setelah hadits tersebut disebutkan, baru seorang guru mengajarkan hadis-hadis yang lain.
Hal itu juga yang dilakukan oleh pakar hadis dari Mesir Dr Salahuddin Al-Shami di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Senin (4/9/2023). Hadir juga Direktur Majelis Hukama Muslimin Kantor Cabang Indonesia Dr Muchlis M Hanafi. Di hadapan ribuan mahasiswa dan mahasantri UIN Malang, Dr Al-Shami membacakan Hadis Musalsal Bil Awwaliyah terlebih dahulu sebelum memberikan ijazah Hadis Arba’in an-Nawawiyah.
Acara ini digelar oleh MHM bersama UIN Malang. Karena mayoritas mahasiswa yang hadir adalah Perempuan, Dr Al-Shami membacakan hadis Musalsal bil Awwaliyah tentang Kasih Sayang. Ini merupakan mata rantai dari jalur gurunya yang Perempuan, yaitu Syaikhah Al-Fathimah. Sanad dari Al-Fathimah ini tersambung dengan Syekh Syihabuddin Ibn Hajar Al-Asqalani, Al-Iraqy, Al-Bulqiny, hingga Muhammad bin Muhammad dan Sufyan bin ‘Uyainah, lalu tersambung ke ‘Amr bin Dinar hingga Rasulullah.
Rasulullah saw bersabda:
الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك وتعالى ارحموا من في الارض يرحمكم من في السماء
“Orang yang saling menebar kasih sayang, maka Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menyayangi mereka. Sayangi manusia di muka bumi, maka yang di langit akan menyayangi kalian semua.”
Menurut Al-Shami, hadis ini mengajak umat manusia untuk saling menyayangi. Sabda Nabi memerintahkan manusia menyayangi seluruh makhluk bumi. Nabi tidak berpesan untuk hanya menyayangi saudara, saudara seagama, atau bahkan manusia. Rasulullah dalam hadis ini mengajak kita untuk menyayangi seluruh alam semesta. Tidak hanya manusia, tapi juga hewan dan makhluk lainnya.
Dr Al-Shami lalu menceritakan kisah seekor unta yang mengamuk hingga didekati Rasulullah. Unta itu lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Rasulillah, seakan mengadu. Rasulullah bertanya, siapa pemiik unta ini? Ada orang yang mengaku pemiliknya. Rasulullah berpesan bahwa unta ini telah mengadu kepadaku bahwa dia telah disakiti, kelaparan, dan kelelahan. Apa yang kamu lakukan telah melampaui batas kemampuan onta ini.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-Nya yang memiliki sifat kasih sayang. Rasulullah juga berpesan, “Orang yang tidak menyayangi, tidak disayangi.”
Dalam sebuah hadis diriwayatkan, Rasulullah saat sedang duduk bersama sahabatnya, datang dua cucunya, Hasan dan Husein. Rasulullah lalu mencium keduanya. Melihat hal itu, seorang A’rabi yang berkata, “Aku memiliki 10 anak, dan tak satupun pernah aku cium.” Seakan orang Arab itu merasa heran dengan apa yang dilakukan Rasulullah saw, mencium Hasan dan Husein. Kata Rasulullah, memberi petunjuk, “Apakah engkau tidak takut Allah cabut rasa kasih sayang dari hatimu?”
Dalam kisah lain yang diriwayatkan dalam hadis Shahih Bukhari, Rasulullah saw suatu hari melakukan salat jemaah sembari menggendong bayi (umamah binti abil ash). Ketika ruku’, Nabi meletakkannya. Ketika berdiri, nabi mengangkatnya. Ini dilakukan saat salat, nabi bergerak menggendong dan meletakkannya.
Ibn Hajar Al Azqalani ketika menjelaskan hadis ini dalam Fathul Baary Syarh Shahih Al-Bukhari, mengatakan, hadis ini memberi pelajaran bahwa kasih sayang pada anak didahulukan dari kekhusyukan dalam salat. Rasulullah mengajarkan bahwa Rahmah adalah bagian dari maqashidus-syariah.