MHM Ikuti Kongres Filsafat Dunia ke-25 di Italia
Majelis Hukama Muslimin (MHM) ikut berpartisipasi dalam Kongres Filsafat Dunia ke-25, yang diselenggarakan Federasi Internasional Masyarakat Filsafat, Masyarakat Filsafat Italia, dan Universitas Sapienza Roma. Acara ini berlangsung dari 1 - 8 Agustus 2024 di ibu kota Italia, Roma. Giat ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan membahas gagasan ilmiah dan umum tentang masa depan masyarakat dengan meneliti takdir sosial, ekonomi, politik, teknologi, dan budaya.
Dalam pidatonya pada sesi bertajuk "Aristoteles-Buddha-Konfusius-Islam: Kearifan Kuno untuk Tantangan Modern," Sekretaris Jenderal MHM, Konselor Mohamed Abdelsalam, menekankan bahwa mencapai kondisi untuk hidup berdampingan di antara berbagai perspektif dalam dunia yang kecil dan saling terhubung—di mana setiap orang menyadari dan merasakan dampak peristiwa global terhadap kehidupan mereka dan masa depan anak-anak mereka—dimulai dengan mengakui keberagaman budaya sebagai bagian penting dari hak asasi manusia. Hal ini berbeda dengan realitas saat ini yang ditandai oleh berbagai ketegangan dan konflik di beberapa masyarakat, yang mengarah pada pengucilan dan marginalisasi mereka yang berbeda.
Sekretaris Jenderal menekankan, pentingnya dialog antara filsafat Konfusianisme dan Aristoteles terletak pada peran budaya dan peradaban mereka dalam mengatasi tantangan bersama dan kebutuhan akan kebijaksanaan yang melekat dalam filosofi mereka tentang kehidupan dan kemanusiaan. Ia menunjukkan bahwa mengintegrasikan filosofi Aristoteles dan Konfusius dengan filsafat Islam dapat membantu mengatasi masalah intelektual dan manusia kontemporer.
Sekjen MHM juga menjelaskan bahwa seruan untuk beralih ke arah Timur dan berinteraksi serta berdialog telah hadir di dunia Islam selama beberapa decade. Universitas Al-Azhar, misalnya, telah mempelajari agama dan filsafat Timur dan Barat sejak didirikan, sebuah metodologi yang diikuti oleh sebagian besar universitas dan lembaga Arab dan Islam.
Sebagai penutup, Sekretaris Jenderal MHM menegaskan bahwa Islam hadir sebagai agama moderat dengan pemikiran sosial, ekonomi, pembangunan, dan budaya yang khas. Ini merupakan karakteristik agama yang bertujuan untuk menciptakan pola pikir yang mempromosikan kebaikan dan kebenaran. Islam, sebagai agama ilahi, meletakkan fondasi baru bagi sistem sosial, budaya, dan ekonomi yang didasarkan pada kesetaraan, solidaritas, dan keadilan.
Konselor Abdelsalam menyoroti peran MHM dalam menyebarkan pesannya yang bertujuan untuk mempromosikan dan meningkatkan nilai-nilai toleransi dan hidup berdampingan secara damai, menekankan pentingnya aliansi agama dan filsafat besar untuk berkontribusi dalam memajukan pemikiran manusia, mencapai pembangunan dan komunikasi peradaban, dan pada akhirnya membangun perdamaian dan stabilitas yang langgeng.
Sesi "Aristoteles-Buddha-Konfusius-Islam: Kebijaksanaan Kuno untuk Tantangan Modern" menyaksikan beragam partisipasi global, di mana para peserta mendiskusikan gagasan filosofis sebagai titik awal wacana publik tentang berbagai masalah umum yang mendesak, termasuk ketidaksetaraan, keragaman budaya, lingkungan, keadilan, hak asasi manusia, dan transformasi politik dalam skala global. Para peserta juga menjajaki cara-cara untuk memperluas diskusi filosofis agar mencakup perwakilan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, informasi, kedokteran, kesehatan masyarakat, teknologi, dan lembaga publik, serta berbagai mekanisme untuk secara aktif mendorong dan mempertahankan keragaman dalam segala bentuknya dengan menyatukan gagasan, tradisi, dan orang-orang dari semua benua dan wilayah.